Kamis, 11 Februari 2016

Assalamuálaikum, terimakasih masalalu ku.

Assalamuálaikum...


Kau pasti terkejut mendapatkan surat dariku ini. Tidak, aku tidak akan membuka kembali memori lama kita. Jujur saja, aku pun tak ingat lagi dimana terakhir kali meletakkan kuncinya. Hanya saja kemarin lusa, memori tentang mu tak sengaja melintas kembali saat aku sedang berbincang dengan kawan lama.



Dia menanyakan kabarmu, yang aku sendiri tidak tau karena sudah lama kita tidak bersua. Oleh karena itu surat ini ada. Bukan karena aku kembali peduli secara tiba-tiba, atau aku ingin kembali dengan kebahagiaan kita dimasa lalu. Namun, hanya saja ucapan terimakasih yang ingin aku sampaikan padamu.



Kemarin lusa, aku sedang menghabiskan waktu sendirian. Hingga teman lama datang menghampiri. Awal perbincangan, hanya sekedar basa basi menanyakan tentang kehidupan, yang kemudian mereka membahas tentang pekerjaan, keluarga, dan kuliahku. Dan salah satu dari merekapun menanyakan bagaimana tentamu. Aku fikir, wajar saja mereka menanyakan hal itu. Karena mereka pasti mengira aku masih menjalin hubungan denganmu.


Saat namamu disebutkan, tidak ada perasaan apapun yang muncul. Aku menjawab pertanyaan mereka pun biasa saja. Justru mereka yang tidak percaya, mereka tidak mengira cerita cinta kita akan berakhir begitu saja.

Yaaa... Kisah cinta yang ku anggap sempurna, dan kukira kita pasti bahagia. Ternyata akan berakhir dengan egomu yang sangat besar, berakhir dengan masalah yang sangat besar, dan tidak ada usaha apapun dari mu untuk mempertahankan hubungan kita.

Aku tak ingat lagi kapan terakhir kalinya kita tertawa bahagia bersama, yang aku ingat kita tidak lagi bersama karena keinginanmu. Tentu saja tak ada orang yang mudah lupa jika ditinggalkan dengan alasan demikian. Apalagi setelah kau menemui kedua orang tuaku, dan kau telah berjanji akan menikahiku.


Enak sekali pikirku waktu itu, kau meninggalkanku begitu saja tanpa alasan yang jelas. Tidakkah perjalanan kita selama 4 tahun meninggalkan berjuta kenangan? tidakkah perjalanan yang kita lakoni bersama mengguratkan rasa yang dalam? Namun, oh ternyata... Sampai disini sajakah perjuangan mu? Setelah kau mengumbar janji kepada keluargaku?

Pernahkah kau berfikir bagaimana malunya keluargaku disaat kau berjanji kepada mereka akan menikahiku, lalu setelah itu kau pergi meninggalkanku begitu saja?
Perih, kecewa, sakit hati, dan malu. Tentu saja dulu mereka akrab sekali denganku, mereka yang selalu menemani hari-hariku selama beberapa waktu. Mulai dari membuka mata hingga jatuh terpejam  diwaktu malam, mereka selalu ada.

Pada akhirnya aku pun menyadari, aku harus mandiri dan berdiri diatas kaki ku sendiri. Keluarga, sahabat, kerabat, selalu memberi semangat kepadaku, agar aku tetap kuat menghadapi kenyataan ini. Tapi aku tidak bisa terus bergantung pada motivasi dari mereka, aku harus bangkit. Memang butuh waktu hingga akhirnya aku bisa menyembuhkan luka yang kau tinggalkan. Namun aku berterimakasih padamu. Banyak hal hal  baik yang bisa kujadikan bekal untuk masa depanku. Pada akhirnya, merangkai cerita denganmu membuatku kenyang akan perjalanan. Jika kita tidak berjumpa, dan kita tidak menghabiskan waktu selama 4 tahun bersama, mungkin tidak akan kutemukan diriku yang tegar, sabar, dan penuh perhitungan seperti sekarang ini.


Kau perlu tau, hari-hari ku sekarang tak muram lagi. Memang belum ada sosok laki-laki lain yang mewarnai hari hari ku setelah kepergianmu, aku tidak begitu tertarik lagi menjalin hubungan yang menjauhkanku dengan Rabb ku. Alangkah lebih indah jika aku langsung di khitbah dan dinikahi dengan laki laki yang benar-benar mencintaiku. Bukan hanya sekedar janji belaka kepada orang tuaku.


Sekali lagi, ku ucapkan terimakasih.
Terimakasih karena kita pernah bertemu.
Terimakasih karena pernah meninggalkan, darimu aku belajar bagaimana cara memaafkan.
Terimakasih karena pernah meninggalkan, darimu aku belajar bagaimana cara menyembuhkan luka.

Wassalamuálaikum...

Sabtu, 06 Februari 2016

La tahzan, Innallaha ma'ana

Mungkin aku adalah salahsatu orang diantara banyaknya manusia, yang memilih untuk mematahkan hati sendiri tanpa perlu menunggu untuk kamu patahkan.

Mungkin aku adalah salahsatu orang diantara banyaknya manusia, yang menikmati luka dalam garis abu-abu tanpa perlu penjelasan dari siapapun.

Kadang aku memilih untuk menahan sakit tersebab gigitan ular yang berbisa. Hingga pada akhirnya membuatku sadar bahwa aku tak boleh binasa karena racun yang sama.

Ada sesak dalam dada saat hati dipaksa untuk mencintai kehilangan. Ada berat yang dirasa saat punggung dipaksa berbalik dan memutar arah, karena menetap di tempat yang sama pun tak ada gunanya.

Diantara cerahnya langit, lebatnya hujan, dan sejuknya embun pagi hingga sunyinya malam. Ada seseorang yang telah selesai menyeka air matanya. untuk kemudian dia bangkit dengan membawa sepotong lilin kecil ditengah kegelapan yang hampir membutakan mata.

Ia sedang mencari secercah cahaya dalam rintih dan perihnya sebuah perjuangan. Ia sedang meluaskan lahan untuk tempat yang kan diisi dengan penuh kesabaran.

Teruntuk kamu yang kini tengah disentuh oleh luka karena cinta yang hampir melemahkan jiwa, bangkitlah... Karena perjalanan ini masih panjang, terkecuali jika ajal sudah menjelang.

Berdamailah dengan hatimu, karena waktu akan menyembuhkan lukamu. Dan obat yang paling mujarab adalah cinta dari Rabbmu.

Maka fokuslah untuk mengejar cinta Allah lebih dahulu, karena disanalah tempat kamu akan menemukan ketenangan dan ketentraman yang dilapisi berjuta keberkahan.



@duniajilbab

Selasa, 05 Januari 2016

Untukmu, Calon Imamku...

Untukmu calon imamku...
Ku tulis kisah ini dimalam malamku yang panjang.
Bagai goresan getar hati rindu yang tak tertahan.


Untukmu calon imamku...
Seseorang yang akan menemaniku dimasa depan.
Siapa kamu?
Siapa namamu?
Dimana kamu berada?
Aku menantimu, bersama semua pengabdianku yang tertunda,

bersama segenap cinta yang tak akan sempurna bila engkau tak kunjung hadir dihadapanku.

Untukmu calon imamku...
Aku tidak tau dimana engkau berada.
Suatu saat kau datang, tolong cintai aku karena Allah,

bimbinglah aku, jadilah imam dalam sholatku.
Izinkan bakti dan taatku menyatu bersama senyum yang teduh diwajahmu.
Izinkan cinta dan rinduku terpatrik kuat didalam hati dan fikiranmu.


Untukmu calon imamku, yang entah sedang apa.
Ketahuilah aku ini adalah orang asing untukmu,

nanti terangkanlah apa apa yang tidak ku mengerti darimu.
Terangkanlah apa apa yang tidak engkau sukai,

agar aku bisa mengenalimu secara utuh.

Untukmu calon imamku, yang sedang memantaskan dirinya dihadapan Allah.
ketahuilah bahwa aku pun disini selalu menantimu dalam ta'at,

menanti untuk menjadi belahan jiwamu,
menanti untuk menjadi penyejuk hatimu.

Kau yang tertulis di lauhul mahfudz.
Kau adalah rahasia terbesarku, kehadiranmu menyempurnakan hidupku.
Kau yang ku sebut didalam doa ku.
Kau yang menjadi imam dihidupku.
Kehadiranmu menyempurnakan imanku.
Ku menunggu dalam sabarku.
Ku ikhlaskan semua harapanku.
Bersamamu dimasa depanku.
Membangun cinta, Membangun surga, Menggapai ridhonya.


Dan aku menanti menjadi bidadari untukmu.
Sampai bertemu pada suatu masa.
calon imamku.